( 22 Juli 1917 – 5 September 1984)
Tokoh yang lebih dikenal dengan Si Kancil ini, pernah menjadi anggota kepanduan Hizbul Wathan.Yakni organisasi kepanduan di bawah naungan Muhammadiyah. Si Bung kelahiran Kampung Keling Pematang Siantar Sumatera ini mula-mula belajar di HIS yang kemudian oleh ayahnya (Haji Abdul Malik) disuruh belajar agama di pesantren. Kemudian dikirim ke Sekolah Agama Parabek Bukittinggi yang hanya betah satu tahun. Kemudian ia dipindahkan ke Sekolah Agama Al Masrullah Tanjung Pura. Beliau bosan dengan model pendidikan feodal itu.Lalu membujuk ayahnya agar dia belajar berdagang untuk meneruskan usaha ayahnya dengan mengelola toko ayahnya.Dengan demikian, beliau tidak pernah duduk di perguruan tinggi.Namun dengan kemauan keras dan otodidaknya, Adam Malik berhasil menjadi seorang nasionalis, cendekiawan, diplomat, dan jurnalis.
Jurnalis
Putra kelahiran Pematang Siantar ini tertarik pada dunia jurnalistik tumbuh bersamaan dengan aktivitasnya sebagai politikus. Kehidupan sebagai jurnalis bermula dari posisi beliau sebagai wartawan Harian Domei sebuah surat kabar yang didirikan oleh Pemerintah Jepang.
Tokoh kebangsaan yang otodidak ini kemudian pada tahun 1934 – 1935 bersama dengan Albert Manumpak Sipahoetar, Pandoe Kartawigoena dan Mr. Soemanang Soeriowinoto mendirikan Kantor Berita Antara. Melalui kantor berita ini Adam Malik mulai kembali menulis yang telah dilakukan sejak beliau masih di Pematang Siantar. Beliau sering menulis di majalah Pelita Andalas yang majalah milik Partindo.
Melalui nalurinya sebagai jurnalis inilah, beliau menyebarluaskan berita Kemerdekaan Indonesia dengan menyiarkan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu.
Dalam perjalanan politik dan jurnlistiknya, kemudian pada tahun 1962beliau dipercaya sebagai anggota Dewan Pengawas Lembaga Kantor Berita Antara.
Politik
Si Bung ini tertarik pada dunia politik dimulai dari ketertarikannya pada keorganisasian.Beliau semula menjadi anggota Hizbul Wathan yakni organisasi kepanduan milik Muhammadiyah.Agar perjuangannya lebih luas, maka beliau mendirikan cabang HW ini di Pematang Siantar.
Setelah merasa cukup mengenal seluk beluk organisasi, kemudian beliau mendirikan cabang Partindo (Partai Indonesia) dan duduk sebagai ketua.Namun dalam perjalanan partai ini, ternyata tidak lama lalu dilarang oleh Pemerintah Kolonial Belanda.
Melihat realita ini, beliau pindah ke Jakarta (Batavia) dan bertemu dengan Yahya Nasution.Yakni kawan lama sebagai anggota Partindo.Dari kawannya ini, Adam Malik mengenal taktik perlawanan melalui agitasi.Kemudian beliau bergabung dengan para pemuda pedagang buku bekas di Pasar Senen Jakarta yang saat itu masih dalam tekanan pemerintah Belanda untuk menangkap para aktivits gerakan.Maka dalam operasi penangkapan anggota dan simpatisan Partai Republik Indonesia, Adam Malik tertangkap dan dipenjara di penjara Struiswiljk (1935) kini LP. Gang Tengah Jl. Percetakan Negara Jakarta) dan dituduh bersekongkol dengan Yahya Nasution.
Mengingat dunia perjuangan telah menjadi darah dagingnya, maka setelah dipenjarapun Adam Malik terus mengadakan gerakan politik menuju Kemerdekaan Indonesia.Maka pada tahun 1940 – 1941, beliau menjadi anggota Dewan Eksekutif Gerakan Rakjat Idonesia.Organisasi politik ini berdiri tahun 1937.
Aktivis anggota partai ini selalu diawasioleh kolonial Belanda yang dalam perkembangannya, Adam Malik dan kawan-kawan ditangkap lalu dipenjara di Nusa Kambangan. Beliau dan kawan-kawan dibebaskan pada saat kedatangan Jepang di Indonesia pada tahun 1942.Ketika masih di Jakarta, beliau meneruskan perjuangannya mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan bergabung pada Gerakan Pemuda. Tak lama kemudian, beliau pindah ke Yogyakarta dan di kota Perjuangan ini pada tahun 1945-1946 menjadi anggota Gabungan Pasukan Perjuangan.
Pada saat menjelang Proklamasi Kemerdekaan RI, beliau di Jakarta menjadi pimpinan Gerakan Pemuda untuk Persiapan Kemerdekaan Indonesia.Dalam gerakan ini bergabunglah Sukarni, Chairul Saleh, B.M. Diah, Wikana, Sukarjo Wiryo Pranoto dan lainnya. Dalam aksi mereka, mereka sepakat untuk “menculik” Bung Karno dan Bung Hatta ke Rangkasdengklok agar mereka segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Adam Malik berperan dalam peristiwa ini dan beliau juga berperan dalam penyelenggaraan rapat besar di lapangan Ikada (sekarang sekitar Monas) pada tanggal 19 Agusus 1945.
Ketika ibu kota Republik Indonesia Serikat pindah ke Yogyakarta (1945), beliau dipercaya sebagai anggota Badan Persatuan Perjuangan Yogyakarta sampai tahun 1946. Kemudian pada tahun 1945 – 1947 itu , beliau juga menjadi Wakil Ketua II merangkap anggota Badan Bekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Jabatan politik lainnya yang pernah beliau pangku adalah menjadi anggota Parlemen hasil Pemilu 1955 sebagai wakil dari Partai Murba.Kemudian beliau dipercaya menjadi Duta Besar Berkuasa Penuh untuk Uni Sovyet pada tahun 1956.
Si Bung yang pernah menjadi anggota Dewan Pertmbangan Agung Sementara ini juga pernah mendapatkan tugas sebagai Ketua Delegasi RI dalam perundingan RI-Belanda tahun 1962 di Washington yang membahas tentang Irian Barat.
Setahun sebelum pecah G 30 S, Adam Malik ikut mendirikan Badan Pendukung Soekarnoisme (BPS) untuk menentang pengaruh Partai Komunis Indonesia/PKI.Dan pada tahun 1965, beliau dipercaya sebagai Menteri Koordinator untuk pelaksanaan Ekonomi Terpimpin.Kemudian ketika pemberontakan PKI melalui gerakan G 30 S itu pecah, Adam Malik ikut menentang PKI dan menghilangkan pengaruh PKI dalam struktur Pemerintahan.
Setelah pemerintahan dipegang Presiden Soeharto, Adam Malik diangkat menjadi Menteri Luar Negeri Kabinet Ampera I sampai Kabinat II, Kabinet Pembangunan I dan II.Ketika beliau sebagai Menteri Luar Negeri inilah, bersama dengan Tun Abdul Razak (Menteri Luar Negeri Malaysia), Thanat Khoman (Menteri Luar Negeri Thailand), dan Carlos Romulo (Menteri Luar Negeri Filipina mendirikan ASEAN.
Kedudukannya sebagai Menteri Luar Negeri membawa Indonesia semakin eksis di dunia internasional.Yakni pada tahun 1971, beliau dipercaya sebagai Ketua Sidang Umum ke 26 PBB di New York.Beliau menjadi orang ketiga Asia yang mendapat kepercayaan dunia ini, setelah Carlos Romulo (Filipina) dan Wijaya Laksmi Pandu (India).
Jabatan lain yang pernah dipercayakan kepadanyaadalah sebagai Ketua MPR/DPR 1978, dan terpilih sebagai Wakil Presiden RI sampai 1983.
Di sela-sela kesibukannya sebagai pejabat, beliau sebagai seorang Muslim juga melakukan dakwah dan ceramah-ceramah agama Islam.Beliau sering shalat Jum’at dari masjid ke masjid di Jakarta dan Jawa Barat. Isi ceramah-ceramah itu antara lain diterbitkan dalam bentuk buku berjudul Adam Malik Mengabdi Republik (PT Gunung Agung).
Beliau diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 6 November 1998 (Keputusan Presiden No. 107/TK/1998) itu wafat 5 September 1984 setelah beberapa waktu sakit lever. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta.Namanya diabadikan menjadi Museum Adam Malik.
Lasa Hs.
0 Komentar